Home » » Cerita Tentang MA Roudlotusysyubban Tawangrejo

Cerita Tentang MA Roudlotusysyubban Tawangrejo

Written By maroudlotusysubban.blogspot.com on Rabu, 21 Agustus 2013 | 1:29 PM



Sebuah hari cerah dan sarat akan semangat yang sangat besar muncul di antara para siswa-siswi di sebuah sekolah unggulan. Berseragam putih abu-abu, berjalan menuju sekolah dan bertemu para guru. Mereka saling bercanda ria diiringi hembusan angin sepoi yang mengelilinginya. Itulah masa SMA yang penuh dengan kesenangan yang tiada tara.
Dari beberapa siswa yang bersekolah disitu, Restika merupakan siswi yang cukup dikagumi oleh para kaum Adam di sekolah itu. Banyak pemuda yang mengagumi kecantikanny. Namun dia sangatlah cuek.
Dengan anugerah berupa paras yang sangat cantik dan menawan, serta sikap yang lemah lembut dan sopan. Tak sulit baginya untuk membuat banyak pria jatuh hati kepadanya. Setiap ada pria yang melihat paras wajahnya yang menawan, dia langsung jatuh cinta kepada Restika.
Namun, tiada seorang pun yang bisa membuat luluh hati Restika. Setiap pria yang mengungkapkan perasaan mereka dan meminta Restika untuk menjadi kekasihnya, dia selalu menolak. Dia belum mempunyai keinginan untuk berpacaran terlebih dahulu.
Waktu berjalan cepat tak terhentikan. Kegiatan belajar mengajar tetap berjalan seperti biasanya. Sampai pada suatu hari yang tak biasa. Seorang siswa yang asing dan tak dikenal oleh yang lainnya muncul. Dalam ruangan kelas yang hening berubah suasana.
“Selamat pagi anak-anak…” Sapa Pak Guru yang datang dengan seseorang yang asing bagi siswa-siswa dikelas.
“Selamat siang Pak Guru…” Jawab siswa serentak.
“Pak, ada murid baru ya pak?” Tanya salah satu sisawa
“Weah,,, gantengnya…” sambung Sinta, Sang Ratu genit di kelas itu.
“Huuuu…!!!” sorak serentak satu kelas
“Sudah…sudah… diam semua. Biarkan Vano mengenalkan dirinya” kata pak guru melerai
“Ayo Van, Perkenaalkan dirimu…” Pak Guru mempersilahkan
“Hm.. Perkenalkan nama saya Vano Perkasa Feyda, saya biasanya dipanggil Vano. Saya pindahan dari SMA 3 Semarang. Disini saya tinggal di Jalan Cempaka Putih No. 22” Vano memperkenalkan diri dengan lantang.
“Wah… bagus sekali namanya, ngomong-ngomong, boleh tau nomer telponnya nggak…???” Tanya Si Ratu genit.
“Huuu… Dasar Genit… Ada cowok ganteng dikit aja dah digodain” kata Budi dengan nada kasar
“Huuu…!!!” sorakan serentak melanjutkan perkataan Budi.
“Huuu…bilang aja syirik” sanggah Sinta
“Sudah…sudah… jangan ribut terus…” kata Pak Guru dengan nada lantang
Seisi kelas kambali tenang dan damai, hening kian menyergap dan suara tak terdengar sedikitpun kecuali suara burung berkicau yang saling bercanda di luar sekolah. Lalu Pak Guru mempersilahkan Vano untuk duduk di kursi disebelah  Ali.
Sekian lama setelah Vano bersekolah di tempat yang baru, dia sudah mulai menyesuaikan diri. Sikapnya yang ramah, membuat dia mudah mendapatkan banyak teman.
Di suatu ketika hal yang tak terduga terjadi pada Vano. Sepulang sekolah, bersama temannya, Andi dan Kholis, mereka berjalan keluar sekolah sambil mengobrol dan menikmati perjalanan mereka.
 Saat mereka tiba di gerbang sekolah, Vano melihat sesosok wanita yang sangat cantik, dengan wajah yang indah menawan. Seulas senyum dari bibir manisnya membuat jantung Vano berdetak kencang.
“Hey kenapa dirimu bengong gitu… kesambet setan apa kau…???” tanya Andi kepada Vano ketika melihat temannya itu bengong.
“E… e… enggak… enggak apa-apa kok, biasa aja ” jawab Vano dengan nada tersentak dan keget
“Wah… nggak percaya aku… ngliatin siapa sih? Dari tadi kok bengong terus. Hayo…” balas Andi dengan nada-nada menyindir
“Enggak kok… aku nggak ngliatin siapa-siapa…” bantah Vano
“Udah-udah, kalau nggak mau ngaku ya jangan dipaksa gitu… hehehe” tambah Kholis
“Yeee… bukannya mbela, malah ikut-ikutan ngejek” jawab Vano lagi dengan nada sebal, tapi dihatinya masih terasa detakkan jantung yang sangat kencang
“Hahaha… wah wajahmu kelihatan nyembunyikan sesuatu ya… hayo…” timpal Kholis
“Eh… udah dulu ya ngobrolnya. Aku baru inget kalau aku ada janji. Duluan ya” kata Vano kepada kedua temannya itu sambil bergegas menuju rumahnya.
“Hey… mau kemana kau” sahut Andi pada Vano
“Wah, aneh benar anak itu hari ini ya…” kata kholis kepada Andi yang berjalan didekatnya
“Iya, ya. Nggak kayak biasannya lho” jawab kholis penuh penasaran
“Ha’a…kerasukkan setan apa tuh anak?” cetus Andi yang coba menerka
“Hus, sama teman sendiri jangan gitu. Sudahlah, jangan dipikirin, mungkin anak itu sedang banyak masalah saja” jawab Kholis dengan penuh kebijaksanaan dan kesetiakawanan.
Lalu kedua siswa tersebut menuju arah rumah mereka masing-masing.
Suasana hening malam yang gelap, dan langit hitam yang bertaburan bintang-bintang yang menemani sang bulan. Dalam renungan, seribu kata tanya memenuhi pikiran Vano. Dia tidak tau apa yang dia rasa, dia juga tak tau siapa gadis cantik jelita yang dia lihat tadi siang. Dia terus berpikir semalaman, sampai dia tak tidur.
Hari baru muncul dalam hidup dan semangat masa muda yang membara. Dalam kelas dia tak henti memikirkan hal yang telah terjadi padanya kemarin. Sampai sahabatnya melihat keganjalan dalam diri Vano. Kholis heran melihat tingkah laku Vano yang beda dari hari biasanya. Dia berusaha ingin membantu Vano untuk menyelesaikan masalah yang mungkin sedang dialami oleh sahabatnya itu. Vano banyak bercerita tentang hal yang dialaminya, Kholis mengerti apa yang telah Vano pikirkan. Kholis juga berpikir kalau wanita yang telah mambuat Vano jadi seperti ini tak lain dan tak bukan adalah Restika, sang putri yang dikagumi banyak pria di sekolah itu.
“Wah, kalau menurutku, mendingan kamu lupakan saja Restika itu, dia sudah banyak membuat patah hati laki-laki di sekolah ini.” kata Kholis memberi masukkan kepada Vano tentang masalahnya itu.
“Kok, kamu gitu sih, kenapa kamu bilang begitu. Nggak ngasih saran malah nyuruh nglupain dia gitu aja.” kata Vano dengan agak sebal.
“Ya, bukannya aku nyuruh kamu nglupain gitu aja, tapi aku hanya nggak mau kalau kamu dibuat patah hati oleh gadis itu.” kata Kholis memberi alas an.
Namun, Vano tidak mudah percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kholis. Karena ia ternyata  baru merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Perasaan itu seakan mengakar kuat dalam palung hatinya. Kata hatinya menuntun Vano untuk mencoba menggapai cinta dari pujaan hatinya itu.
Setelah sekian lama dalam perenungan hatinya, Vano memutuskan untuk mengejar cintanya itu. segala cara akan dia tempuh untuk mendapatkan wanita yang dicintainya itu. Hatinya telah luluh lanta karena seorang wanita yang tak dikenalinya sebelumnya itu. Sekarang, Vano telah tau kalau dia adalah Restika.
Selalu teringat dibenak Vano sebuah pepatah. Jika terjadi sebuah masalah, pastilah ada jalan keluarnya. Jika kamu punya kemauan dan kerja keras untuk melakukannya, maka kamu akan memecahkan masalah itu. Kata-kata itu yang selalu manjadi pedoman bagi Vano dalam menyelesaikan masalah-masalahnya.Lalu dia meminta nomer  milik Restika kepada teman Restika yang kebetulan kenal dengan Vano dan bertemu di kantin sekolah.Vano minta nomer Restika pada temennya itu.
Akhirnya Vano ngirim sms pada Restika.Dia begitu lama menunggu balasan dari cewek itu.Setelah sekian lama akhirnya Restika membalas sms Vano.
 “Uhu… yes…yes…yes…hahaha…”teriak Vano kegirangan saat SMS dari Restika masuk dan dibacanya.
“Ada apa Van?” tanya ibu Vano yang sedang masak di dapur karena memdengar teriakan keras dari arah kamar Vano.
“Ooh… tidak apa-apa kok bu…” jawab Vano sambil menahan kegiranganny
Akhirnya setiap hari, dia berhubungan dengan Restika lewat pesan elektronik, walaupun Vano harus menunggu lama untuk satu pesan dari Restika, namun dia tidak menyerah. Dia terus berusaha untuk mendapatkan perhatian dari Restika. Sampai Vano mulai berani untuk bertemu langsung dengan Restika, pujaan hatinya itu.
Suatu saat di hari yang cerah walaupun mentari sudah beranjak keatas bumi, setelah bel sekolah tanda pulang berbunyi, Vano menunggu di depan kelas Restika berada. Dalam pikirannya, dia ingin mengajak Restika jalan bareng. Dia ingin mengenal lebih jauh tentang pujaan hatinya itu.
Setelah tak lama kemudian, para siswa keluar dari kelas termasuk diantaranya adalah Restika. Langsung setelah Vano melihat Restika, dia memanggil wanita itu dan kemudian menghampirinya sambil merasakan detak jantungnya mulai tak normal, semakin cepat. Rangkaian kata per kata terucap dari mulut Vano dengan tak lancar.
“Hai Restika…”sapa Vano dengan agak gemetar.
“Hai juga… ini siapa ya?”tanya Restika penasaran.
“Oh, aku Vano. Yang sering SMS kamu itu lho… ingat kan?” jawab Vano berusaha untuk mengingatkan Restika dan berusaha rileks.
“Emmm…ya aku ingat. Vano yang sering SMS itu toh?” jawab Restika dengan agak ragu-ragu.
“Iya… he’em, itu aku.” Kata Vano yang hampir kehabisan kata-kata.
“Oh… ngomong-ngomong ada perlu apa ya, tumben-tumbenan kamu kesini?” kata Restika penasaran.
“E…e..e anu… mau nggak jalan bareng sama aku?”jawab Vano dengan gugup.
“Emmm… mungkin lain kali aja ya…” Jawab Restika dengan senyuman manisnya sambil melenggang pergi tanpa Vano dengan rasa kecewa yang besar dan kesedihan mendalam yang menyergapnya tiba-tiba.
Kemudian Vano pulang dengan kepala tertunduk lesu dan muka yang masam.Di tempat menuntut ilmu, Vano tetap berusaha untuk tetap tegar. Kholis yang mengerti keadaan  sahabatnya memberikan semangat dan motivasi kepadanya.
“Hai Van… kenapa lagi kamu? Patah hati ya? Kan udah aku bilangin supaya nggak deketin Restika lagi.” Kata Kholis menasihati.
“Ah… aku nggak apa-apa kok. Udah resiko Lis. Ya… mungkin suatu saat nanti dia sadar dan mau nerima aku.” Kata Vano dengan wajah mendung
“Kamu benar Lis.... ya, aku akan terus berusaha dan nggak akan nyerah gitu aja… makasih ya Lis, kamu emang sobatku yang paling pengertian deh…” Kata Vano dengan semangat.
“Oh… ya pastilah…Kholis…hahaha” jawab Kholis sambil tertawa terbahak-bahak.
Suatu saat, ketika Vano pergi ke kantin, dia bertemu dengan Restika. Namun, ketika dia menyapa Restika,Tak saat itu juga Restika tak kenal dengan Vano, tetapi, setelah beberapa kali bertemu, dia juga menunjukkan sikap yang sama. Dia berusaha menghindar dengan keberadaan Vano dan tak menggubris apa yang dilakukan Vano.
Rasa sakit hati yang dirasakan oleh Vano ternyata tidak pernah merubah dirinya dan juga perasaannya. Rasa cinta dan sayang yang telah bertahan dalam lubuk hatinya tak bisa dirubah lagi oleh siapapun dan oleh apapun. Harapnya telah bulat untuk mendapatkan cinta dari Restika, walaupun Restika selalu menjauhi dirinya.
Setelah sekian lama mengenal sifat dan perilaku Restika, dia telah sadar kalau cintanya kepada Restika merupaka cinta sejati. Vano percaya kalau suatu saat  nanti Restika aka cinta kepadanya, dan dia bisa mandapatkan cinta dari Restika. Semua yang telah dilakukan Restika kepadanya telah diterima dengan lapang dada. Dia telah memaafkannya.
“Ah… apa ini yang disebut cinta itu???” kata Vano dalam hati di renungannya sehari-hari tentang perasaannya itu.
Setelah lama dia mencoba untuk teguh melakukan segala cara untuk mendapatkan perhatian Restika, dia mendapatkan secerca harapan untuk lebih dekat dengan Restika. Dia sekarang lebih respon kepada Vano. Dia mulai membuka dirinya untuk Vano.
Suatu hari Restika menelfon Vano disaat Vano tak menduga-duga sebelumnya kalau Restika akan merespon segala yang telah dilakukannya itu.
“Halo…Kamu sedang ngapain Van?” kata Restika di telfon.
“Halo… ini, sedang belajar Bahasa InVanesia. Ada apa ya, kok tumben-tumbenan nelfon aku?” kata Vano penasaran dan merasa kegirangan.
“Oh…maaf kalau aku ganggu kamu. Aku Cuma ingin minta maaf kalau selama ini aku nggak pernah balas SMS dari kamu.
“Oh… iya nggak apa-apa kok.”jawab Vano
“Makasih ya… dah, terusin aja belajarnya. Da…” kata Restika sambil menutup telepon.
Ternyata rasa sayang dan cinta serta perhatian yang diberikan oleh Vano, membuat Restika sadar.Sungguh lama perjuangan yang telah dilakukan Vano dalam mencoba mendapatkan cinta sejatinya. Terlalu lama sampai saat dia merasa semuanya tak bisa dia lakukan kecuali berusaha untuk bertahan dalam perasaannya. Untuk tetap setia menunggu pujaan hatinya yang dia harapkan suatu saat akan menjadi pendamping hidupnya kelak.
Namun, setelah berjuang terlalu lama dan luka yang sangat terlebih banyak menyelimuti jiwa dan raga Vano, suatu hal yang tiada terduga terjadi. Restika, sang pujaan hatinya itu pergi meninggalkan dia. Dia pindah sekolah.
Ternyata orang tua Restika pindah ke luar negeri dan Restika harus ikut kesana. Dia harus meninggalkan Vano, orang yang telah lama mencintainya. Walaupun belum ada sepatah kata yang terucap dari mulut Vano bahwa dia mencintai Restika, namun, Restika tahu perasaan Vano padanya.
Setelah berpisah, walaupun baru saja dan mungkin terlalu singkat. Vano merasa hal yang luar biasa. Rasa rindu yang amat sangat menyergapnya di kehidupannya kini. Tapi, Kholis yang melihat hal itu mencoba menenangkan Vano.
“Sudahlah, jangan dipikirin terus…, suatu hari nanti dia juga akan kesini lagi kok.” Kata Dholis kepada sahabatnya yang sedang merenung itu.
“Kamu benar Lis… mungkin udah takdirku begini.” Kata Vano lesu.
 “udah… jangan lesu gitu Vank… kamu juga masih punya kehidupan sendiri Van.” Kata Kholis menyemangati Vano.
“Emmm… oke… aku akan nunggu Restika datang…”kata Vano penuh percaya diri.
“Nah, gitu Van… itu baru sobatku.” Kata Kholis sambil menepuk pundak Vano.
Akhirnya Vano menjalani kehidupannya kembali dengan normal, penuh semangat remaja yang masih membara seperti bara yang sedang terbakar api. Bersama teman-temannya menuntut ilmu di sekolah yang ia banggakan.
Walau begitu, Vano tetap menyimpan asa untuk mendapatkan cinta dari Restika. Dia masih menunggu kedatangan pujaan hatinya yang akan menggetarkan jiwanya kembali setelah hampa saat bidadari pergi jauh darinya.Terus menunggu. Dan menunggu dalam hari-hari yang penuh penantian. Mengharapkan sesuatu yang tiada tergantikan. Seorang belahan jiwa yang pergi jauh. Namun, tetap menunggu dalam harap cintanya.
 by: pipit larasati.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas Kunjungan

Sesuatu Tentang MA Roudlotusysyubban

Komentar Kita



 
Support : Sanggar Pacul | News Pati Voice | Toko Seni Murah
Copyright © 2013. MA ROUDLOTUSYSYUBBAN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Developed by Kang Indra
Proudly powered by Blogger